PENGGUNAAN METODE PENEMUAN
DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KONSEP BATUAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
(PTK di Kelas V SDN
Tamansari 01 Kec. Rumpin Kab. Bogor )
SKRIPSI
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
BADRUDIN
NIM: 0708487
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
2009
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
BADRUDIN
NIM: 07080487
PENGGUNAAN METODE
PENEMUAN DALAM PEMBELAJARAN IPA
PADA KONSEP BATUAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
(PTK Di Kelas V SD Negeri Tamansari 01 Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor )
DISETUJUI DAN
DISYAHKAN OLEH:
Pembimbing
I:
Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd.
NIP.
19580614.198603.2.002
Pembimbing
II:
Drs. Djedjen Al-Rasyid, M.Ed.
NIP.
19551209.198203.1.003
Mengetahui:
Ketua
Jurusan,
Dra. Hj. Nur’aini, M.Pd.
NIP.
19580109.198203.2.002
MOTTO
Dengan
agama hidup jadi terarah,
Dengan
ilmu hidup jadi mudah, dan
Dengan
seni hidup jadi indah. (Prof. Dr. H. A. Mukti AS.)
ABSTRAKSI
BADRUDIN, NIM: 0708487.
“Penggunaan Metode Penemuan dalam Pembelajaran IPA Pada Konsep Batuan untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. (PTK di Kelas V SD Negeri Tamansari 01
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor ).
Skripsi Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Serang.
Permasalahan
yang terjadi di kelas V SD Negeri Tamansari 01 adalah semua siswa kurang
berminat terhadap pelajaran IPA dan hasil belajar siswa sangat rendah. Semua
ini disebabkan oleh kebiasaan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat
monoton dengan hanya menggunakan metode ceramah, tidak pariatif, dan siswa
tidak diberi kesempatan untuk beraktifitas dalam kegiatan pembelajaran. Untuk
mengatasi permasalahan di atas, peneliti segera mengadakan penelitian di
sekolah tersebut.
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran IPA pada Konsep Bantuan dengan menggunakan metode
penemuan. Dengan metode penemuan semua siswa dituntut untuk mencari,
mengidentifikasi batuan berdasarkan tekstur, bentuk, warna, dan sifat sehingga
pada akhirnya menemukan jenis batuan.
Dari sebuah
hipotesis yang dirumuskan bahwa, jika digunakan metode penemuan dalam
pembelajaran IPA pada Konsep Batuan, maka hasil belajar siswa akan meningkat.
Untuk menguji
kebenaran hipotesis ini, peneliti segera mengadakan penelitian dengan mengambil
sample 20 siswa kelas V SD Negeri Tamansari 01 sebagai pelaksanaan kegiatan
tindakan.
Hasil kegiatan
tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan Pra Siklus dengan nilai rata-rata hasil
belajar siswa 39,0
2.
Kegiatan siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat
menjadi 59,0
3.
Kegiatan siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa
kembali meningkat menjadi 67,5
4.
Kegiatan siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa
lebih meningkat lagi menjadi 76,0.
Dari hasil
kegiatan tindakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kegiatan tindakan dari
setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
dari minat belajar yang kurang menjadi lebih berminat, serta dari hasil belajar
yang sangat rendah menjadi lebih tinggi. Ini membuktikan bahwa, penggunaan
metode penemuan dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih pantas untuk di ucapkan selain kata puji dan syukur
ke Hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya semoga sholawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabatnya.
Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini banyak sekali hambatan dan
kesulitan yang dihadapi seperti masalah waktu, jarak, buku referensi, dan
lain-lain. Namun berkat bantuan, motivasi dan bimbingan dari semua pihak,
akhirnya semua dapat teratasi.
Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1.
Bapak Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., sebagai
Rektor UPI
2.
Bapak Dr. H. Sofyan Iskandar, M.Pd., sebagai Direktur
UPI Kampus Serang
3.
Ibu Dra. Hj. Nuraini, M.Pd., sebagai ketua jurusan UPI
Kampus Serang
4.
Bapak Drs. Ajo Sutarjo, sebagai ketua jurusan PGSD DM
5.
Ibu Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd., sebagai dosen
pembimbing I yang selalu meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing
penulis
6.
Bapak Djejen Al-Rasyid, M.Ed., sebagai dosen pembimbing
II yang telah banyak memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini
7.
Seluruh dosen yang ada di UPI Kampus Serang yang telah
banyak membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
8.
Kepada Abah Asda dan Ambu Arnasih sebagai orang tua
tercinta, dan keluarga besar di Kp. Sukamaju – Cijaku – Malingping, atas
motifasi, dorongan, dan dukungan, serta doanya.
9.
Kepada Istriku Nurhayati, S.Pd, kedua anakku tercinta
Syifa Tazkia dan Rifda Mahira Rizkia
yang menjadi motivator dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Ibu
Wari Warsita, S.Pd., sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Tamansari 01 dan para
guru yang telah memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan penelitian
11. Bapak
Sugeng, S.Pd., sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Leuwiranji 01 yang telah
mengijinkan penulis untuk “mengobrak-abrik” perpustakaan sekolah tersebut,
dalam rangka melengkapi bahan tulisan ini
12. Mas
Adi yang sudah membantu dalam pengetikan skripsi ini
13. Rekan-rekan
kuliah dan semua pihak yang telah membantu lancarnya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari segala keterbatasan bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Saran dan masukan dari semua pihak akan peneliti terima dengan senang
hati.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Serang, Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
.................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR
ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR
TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR
GRAFIK .................................................................................... viii
DAFTAR
GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR
LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB
I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
- Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
- Perumusan Masalah ......................................................................... 4
- Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
- Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5
- Definisi Operasional ........................................................................ 6
BAB
II KAJIAN TEORITIS ..................................................................... 9
- Kajian Teori ..................................................................................... 9
1.
Hakikat Pembelajaran IPA .............................................................. 9
2.
Metode Pembelajaran ...................................................................... 13
3.
Konsep Batuan ................................................................................ 26
4.
Pembelajaran IPA di SD ................................................................. 32
- Kajian Hasil Penelitian ................................................................... 41
-
iv - Hipotesis Tindakan .......................................................................... 44
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 45
- Metode Penelitian ........................................................................... 45
- Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 45
- Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ............................. 47
- Bentuk Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 47
- Desain Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 49
- Prosedur Penelitian .......................................................................... 51
- Perencanaan Penelitian .................................................................... 51
- Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 52
- Lokasi dan Objek Penelitian ........................................................... 58
- Lokasi Penelitian ............................................................................. 58
- Objek Penelitian .............................................................................. 58
- Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 58
- Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 58
- Prosedur Pengolahan Data .............................................................. 62
BAB
IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 64
- Pelaksanaan PTK ............................................................................ 64
- Kegiatan Pra Siklus ......................................................................... 65
- Siklus I ............................................................................................ 69
- Siklus II ........................................................................................... 74
- Siklus III ......................................................................................... 80
-
v - Jawaban Hipotesis .......................................................................... 93
BAB
V KESIMPULAN ............................................................................. 95
- Kesimpulan ...................................................................................... 95
- Rekomendasi ................................................................................... 96
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
........................................................................ 100
RIWAYAT
HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel:
2.1. Beberapa
Batuan Beku dan Cara Terbentuknya ...................................... 29
2.2. Beberapa
Batuan Sedimen dan Cara Terbentuknya ................................ 30
2.3. Beberapa
Batuan Metamorf dan Cara Terbentuknya .............................. 31
3.1. Lembar
Pedoman Penilaian Proses Kegiatan Diskusi Kelompok ............ 60
3.2. Lembar
Wawancara Siswa ....................................................................... 62
4.1. Hasil
Wawancara Siswa Sebelum Pra Siklus ........................................... 65
4.2. Observasi
Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus ........................................... 66
4.3. Hasil
Tes Evaluasi Pada Kegiatan Pra siklus ........................................... 67
4.4. Penilaian
Proses Kegiatan Diskusi Kelompok Tindakan Siklus I ............ 72
4.5. Hasil
Tes Evaluasi Pada Kegiatan Siklus I .............................................. 73
4.6. Penilaian
Proses Kegiatan Diskusi Kelompok Tindakan Siklus II ........... 78
4.7. Hasil
Tes Evaluasi Pada Kegiatan Siklus II ............................................. 79
4.8. Penilaian
Proses Kegiatan Diskusi Kelompok Tindakan Siklus III ......... 83
4.9. Hasil
Tes Evaluasi Pada Kegiatan Siklus III ........................................... 84
4.10. Hasil
Wawancara Siswa Setelah Siklus III .............................................. 86
4.11. Rekapitulasi
Rata-Rata Penilaian Proses Kegiatan Diskusi Pada
Tiap Siklus ................................................................................................ 88
4.12. Rekapitulasi
Nilai Hasil Belajar Siswa ..................................................... 90
4.13. Rekapitulasi
Hasil Wawancara Siswa ...................................................... 92
DAFTAR GRAFIK
Grafik:
4.1. Rekapitulasi
Nilai Rata-Rata Penilaian Proses Kegiatan Diskusi............. 89
4.2. Rekapitulasi
Nilai Rata-Rata Penilaian Proses Kegiatan Diskusi ............ 91
DAFTAR
GAMBAR
Gambar:
3.1. Model
Spiral Kemmis & Mc Taggart ................................................. 50
DAFTAR
LAMPIRAN
Lamp:
1. Surat keputusan
pengangkatan pembimbing penyusunan SKRIPSI ................. L.1
2. Surat permohonan ijin
mengadakan penelitian .................................................. L.2
3. Surat keterangan telah
melaksanakan penelitian ............................................... L.3
4. Daftar
nama-nama siswa kelas V SD Negeri Tamansari 01 .............................. L.4
5. Jadwal
kegiatan penelitian ................................................................................. L.5
6. Format
wawancara ............................................................................................ L.6
7. RPP
(pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III) ............................................. L.7
8. Lembar
kerja siswa (siklus I, siklus II, dan siklus III) ....................................... L.19
9. Format
pengamatan diskusi ............................................................................... L.22
10. Lembar
evaluasi siswa (pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III) ................. L.23
11. Sampel
lembar evaluasi hasil pengisian siswa (pra siklus, siklus I, II, dan III) . L.31
12. Foto
sekolah lokasi penelitian ............................................................................ L.35
13. Foto
peneliti, Kepala Sekolah, dan Dewan Guru sedang berdiskusi ................ L.36
14. Foto
wawancara dengan siswa .......................................................................... L.37
15. Foto
jenis-jenis batuan ....................................................................................... L.38
16. Foto
Jenis-jenis batuan hasil temuan siswa ........................................................ L.39
17. Foto
kegiatan pra siklus ..................................................................................... L.40
18. Foto
kegiatan siklus I ........................................................................................ L.41
19. Foto
kegiatan siklus II ....................................................................................... L.42
20. Foto
kegiatan siklus III
|
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan menjadi faktor yang
sangat penting dan menentukan dalam upaya menata dan membangun manusia Indonesia ke
arah yang baik, maju, dan berkualitas. Proses pendidikan pada hakekatnya
berlangsung seumur hidup (live long education) dan perlu dilakukan
sedini mungkin terhadap generasi muda. Penyelenggaraan pendidikan tersebut
menjadi tugas dan kewajiban pemerintah secara khusus sebagai penyelenggara
negara dan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan
pemerintah secara umum.
Salah satu kamampuan yang dikembangkan
dalam pendidikan adalah kemampuan kreativitas. Kemampuan ini dibutuhkan
terutama dalam menghadapi masa depan dan era globalisasi serta canggihnya
teknologi komunikasi yang berkembang begitu pesat. Demikian pula dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang
harus dipecahkan dan menuntut kreativitas untuk merumuskan solusi dari
permasalahan yang dihadapinya.
|
Tujuan tersebut berimplikasi pada
upaya untuk menjadikan pelajaran IPA menarik bagi siswa sehingga mereka menjadi
aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan aktif dan kreatifnya
siswa dalam pembelajaran IPA, maka diharapkan hal itu akan memberikan efek
positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar yang dimaksud
antara lain tercermin pada kemampuan komunikasi, penalaran, kreatif, serta
kemampuan pemecahan masalah.
Materi batuan merupakan bagian pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang menekankan pada kemampuan siswa untuk
mengidentifikasi ciri, sifat, bentuk, unsur, warna, dalam membedakan
jenis-jenis batuan. Seperti halnya materi yang dipelajari kelas V SD
semester 2 yang dimulai dari proses pembentukan tanah sampai menggolongkan
batuan berdasarkan warna, kekerasan, dan permukaan (kasar dan halus).
Mengingat tuntutan terhadap penguasaan materi batuan di
kelas V SD semester 2, dan agar tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dapat tercapai secara optimal, maka dalam penyajian materi batuan, guru
hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan segala
potensinya, membangun sendiri pengetahuannya untuk memecahkan masalah serta
membuat pembelajaran lebih bermakna. Pernyataan tersebut berdasarkan atas
pendapat Piaget (Dahar, 1996:117) yang menyatakan bahwa pengetahuan itu
dibangun dalam pikiran anak.
Kenyataan di lapangan, peneliti memperoleh temuan
mengenai sikap siswa terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
siswa mengalami kejenuhan karena pembelajaran kurang menarik, guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memanipulasikan benda-benda
secara langsung, sehingga sebagian besar siswa sukar memahami setiap konsep
yang diajarkan, yang akhirnya prestasi belajar siswa dalam materi batuan
khususnya jenis-jenis batuan menjadi rendah.
Permasalahan yang terjadi di SDN Tamansari 01 Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor pada siswa kelas V semester 2 adalah siswa tidak
menguasai konsep jenis-jenis batuan, ini disebabkan dari kurangnya penguasaan
konsep dasar batuan seperti, bentuk, unsur, sifat, dan warna sehingga kesulitan
membedakan jenis-jenis batuan, penyebabnya adalah kurang menariknya guru dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Apabila permasalahan di atas tidak segera diatasi maka
tujuan dari pembelajaran IPA tidak akan tercapai dan keaktifan belajar serta
hasil belajar siswa tidak akan meningkat, sebaliknya apabila masalah tersebut
segera diatasi maka tujuan dari pembelajaran IPA akan tercapai dan keaktifan
siswa serta hasil belajar siswa akan meningkat.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran IPA yang
berbasis pada pemecahan masalah yang aktif dan kreatif. Salah satu model yang
dimaksud adalah dengan menggunakan metode penemuan, dimana dalam metode
tersebut keaktifan dan kreatifitas siswa bisa tergali karena siswa akan tertantang
untuk menemukan, mencari, mengolah, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan
menyimpulkan sendiri dari permasalahan yang dihadapinya, dalam hal ini adalah
jenis-jenis batuan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas penulis merasa tertarik
untuk segera mengadakan penelitian dengan mengambil judul skripsi: “PENGGUNAAN
METODE PENEMUAN PADA PEMBELAJARAN IPA PADA KONSEP BATUAN UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya
adalah:
1.
Apakah dengan penggunaan metode
penemuan dalam pembelajaran jenis-jenis batuan dapat meningkatkan keaktifan
siswa?
2.
Apakah dengan penggunaan metode
penemuan dalam pembelajaran jenis-jenis batuan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari hasil perumusan masalah di atas, maka penelitian
ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Tujuan Umum
Ingin membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep batuan dengan menggunakan metode penemuan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Ingin meningkatkan keaktipan
siswa pada konsep batuan melalui metode penemuan
b.
Ingin meningkatkan hasil
belajar siswa pada konsep batuan melalui metode penemuan.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
1.
Manfaat Bagi Peneliti
a.
Mengembangkan ilmu yang
dimiliki tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode penemuan
b.
Menambah pengalaman tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode penemuan
c.
Berbagi ilmu dan pengalaman
dengan para pembaca
2.
Manfaat Bagi Siswa
a.
Meningkatkan minat, aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
khususnya yang berhubungan dengan jenis-jenis batuan dengan metode penemuan.
3.
Manfaat Bagi Guru/ Pembaca
a.
Memperoleh wawasan dalam
melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang membuat siswa lebih
berminat, aktif, dan antusias dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dan khususnya yang berhubungan dengan jenis-jenis batuan melalui metode
penemuan
b.
Memperoleh masukan, sumbangan
pemikiran tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya
pembelajaran jenis-jenis batuan yang menggunakan metode penemuan.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk memperjelas tentang judul penelitian ini, maka
penulis akan menegaskan kembali dan memberi arahan tentang apa yang akan
diteliti.
1.
Pengertian Metode
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 372), metode
adalah cara sistematis dan berfikir baik untuk mencapai tujuan. Sedangkan
pengertian metode menurut Narbuko dan Akhmadi (2001: 1), metode adalah cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya pengertian metode yang terdapat
dalam buku Didaktik/Metodik Umum dijelaskan bahwa: “Metode adalah suatu cara
pemberian pembelajaran oleh guru terhadap kelas”.
Berdasarkan beberapa sumber di atas, pengertian metode
dapat penulis simpulkan sebagai: “Suatu cara yang tepat untuk mencapai sesuatu
agar memperoleh hasil yang baik”.
2.
Pengertian Metode Penemuan
Menurut Sudirman, dkk. (1991: 168) metode penemuan
adalah cara penyajian yang banyak melibatkan siswa dalam proses mental dalam
rangka penemuannya. Menurut Sound (1997) dalam Sudirman (1992: 168) discovery adalah proses mental dan dalam
proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
3.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata
dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek, baik menyangkut
aspek konsep hakikat pembelajaran maupun ketentuan dan yuridis formal yang
mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih
khusus. (Dadang Sukirman, 2007: 1).
4.
Pengertian Batuan dan
Jenis-jenis Batuan
Batuan adalah bagian bumi yang keras dan membentuk kerak
bumi. (Sukisyana, 2004:152).
Batuan adalah bagian bumi yang keras dan membentuk
lapisan luar bumi yang disebut kerak bumi. (Ensiklopedia IPA Fisika, 2007:1).
5.
Pengertian Konsep
Konsep adalah rancangan, rencana (Armis Dally, dkk.,
2007: 569)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:
456) dikatakan sebagai berikut:
Konsep adalah peristiwa yang diabstrakkan dari
peristiwa kongkrit, gambaran mental dari objek, proses atau apapun di luar
bahasa untuk memahami hal lain.
6.
Pengertian IPA
Menurut Kurikulum KBK (2004: 129) IPA diartikan sebagai
berikut:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan.
7.
Pengertian Hasil Belajar
Wiranata Putra, dkk (2005: 2.5) menjelaskan pengertian hasil
belajar sebagai berikut:
Hasil belajar adalah merupakan perubahan prilaku seseorang
baik berupa pengetahuan, keterampilan dan penguasaan nilai-nilai, perubahan
tingkah laku dihasilkan dari pengalaman, proses mental dan emosional.
|
KAJIAN
TEORITIS
A.
KAJIAN TEORI
1.
Hakikat Pembelajaran IPA
a.
Pengertian Pelajaran IPA
|
Mengidentifikasi sesuatu hanya dari segi istilah yang digunakan itu
seringkali mendapatkan gambaran yang terlalu sempit seperti halnya pengertian
IPA yang telah diuraikan di atas. Kalau kita simak lebih mendalam pengertian
tersebut maka IPA seolah hanya merupakan kumpulan pengetahuan, yaitu kumpulan
pengetahuan tentang alam. Padahal pengertian IPA lebih luas dari sekedar
kumpulan pengetahuan.
Untuk itu marilah kita dengar pendapat dari beberapa tokoh IPA,
diantaranya:
Nash (1963 dalam Darmojo & Kaligis, 1993: 3) menjelaskan tentang IPA
sebagai berikut:
IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam, cara IPA mengamati
dunia itu bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu
fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu
perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu.
Makna dari kalimat tersebut kurang lebih adalah bahwa IPA itu merupakan
suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola
berpikir yang logis tertentu. IPA dapat dipandang sebagai institusi, metode,
kumpulan pengetahuan, suatu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan
produksi, salah satu faktor penting yang mempengaruhi sikap dan pandangan
manusia terhadap alam (Darmojo & Kaligis, 1993:4).
Carin dan Sund (1985 dalam Darmojo & Kaligis, 1993: 4) mengatakan:
science is the system of
knowing about the universe through data collected by observation and controlled
experimentation. As data are collected, theories are advanced to explain and
account for what has been observed.
(IPA adalah sistem dalam memahami tentang alam semesta melalui
pengumpulan data berdasarkan observasi dan percobaan yang terkontrol. Ketika
data sudah terkumpul, teori-teori dikembangkan untuk menjelaskan dan mengkaji
apa yang telah diamati).
Selanjutnya dalam KBK (2004: 129) dijelaskan sebagai berikut:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA
adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelajaran IPA adalah kumpulan pengetahuan, gagasan, dan konsep-konsep yang
berupa teori-teori yang berfungsi menjelaskan gejala-gejala alam yang diperoleh
dari pengalaman melalui proses ilmiah.
b.
Fungsi Pelajaran IPA
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk:
1)
Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan
perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari
2)
Mengembangkan keterampilan proses
3)
Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna
bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari
4)
Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan
keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan
keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
5)
Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
c.
Tujuan Pelajaran IPA
Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:
1)
Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari
2)
Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar
3)
Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari
benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar
4)
bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas
diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri
5)
Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan
gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
6)
Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna
untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
7)
Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar,
sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
d.
Ruang Lingkup Pelajaran IPA
Ruang lingkup mata pelajaran IPA mencakup:
1)
Mahluk hidup dan proses kehidupannya meliputi udara,
air, tanah dan batuan
2)
Materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi udara,
air, tanah dan batuan
3)
Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi,
tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya
4)
Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya
5)
Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan
pelestariannya.
2.
Metode Pembelajaran
a.
Pengertian Metode
Beberapa pengertian metode yang dikemukakan oleh para ahli, penulis kutip
dari beberapa sumber diantaranya:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:372) metode artinya cara
sistematis dan terpikir baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-praktek
pengajaran bahasa. Sedangkan Narbuko & Ahmadi (2001: 1) menyatakan metode
adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.
Selain itu Depdikbut (1996: 49) menjelaskan sebagai berikut:
Metode merupakan suatu cara menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan
memperhatikan faktor-faktor kemampuan guru, keadaan sarana dan prasarana,
kekhasan bahan pelajaran, serta keadaan siswa.
Sedangkan pengertian metode yang terdapat dalam didaktik/metodik umum
dijelaskan bahwa:
Metode adalah suatu cara pemberian
pelajaran oleh guru terhadap kelas (Depdikbud, 1994: 15).
Berdasarkan beberapa sumber di atas, pengertian metode dapat penulis
simpulkan bahwa metode sebagai suatu cara yang tepat untuk mencapai sesuatu
agar memperoleh hasil baik.
b.
Jenis-Jenis Metode
Menurut Udin S. Winataputra (1997: 4.4) metode mengajar yang harus
diperhatikan di antaranya:
1)
Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan
rasa ingin tahu (curiosity) siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran
2)
Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan
peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni
3)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar
melalui pemecahan masalah
4)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu
ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis)
5)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan
6)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak
7)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar
secara mandiri (independent study)
8)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara
bekerja sama (cooperative learning)
9)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih
termotivasi dalam belajar.
Prinsip-prinsip tersebut dalam prosesnya merupakan esensi dan
karakteristik dari masing-masing metode mengajar.
Guru dituntut untuk memilih metode yang tepat. Dengan hal ini, pokok
permasalahan siswa dapat dipecahkan dengan baik. Berbagai jenis metode yang
harus diketahui oleh guru menurut
Sudirman, dkk. (1991: 113) yaitu sebagai berikut:
1)
Metode ceramah
2)
Metode tanya jawab
3)
Metode diskusi
4)
Metode pemberian tugas
5)
Metode kerja kelompok
6)
Metode demonstrasi
7)
Metode simulasi
8)
Metode eksperimen
9)
Metode penemuan
10) Metode
karyawisata
Sebenarnya semua metode pasti ada keuntungan dan kelemahan, maka
diperlukan kepintaran dalam memilih yang paling tepat dengan pembelajaran yang
akan disampaikan kepada siswa. Penulis akan mencoba metode penemuan untuk
diterapkan dalam menanamkan konsep batuan dan jenis-jenis batuan dalam
pembelajaran IPA dengan penuh harapan semoga metode penemuan ini akan menjadi
solusi guru dalam memberikan pelajaran. Karena menurut para ahli metode
penemuan meliputi pengalaman-pengalaman belajar yang akan menjamin siswa dapat
mengembangkan proses penemuan.
c.
Metode Penemuan
1)
Pengertian Metode Penemuan
Metode penemuan (discovery method) adalah cara penyajian pelajaran
yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka
penemuannya. Discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu
individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery
yang berarti penemuan, atau inquiry yang berarti mencari. Mengenai
penggunaan istilah ini para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu:
(a)
Istilah-istilah discovery dan inquiry
dapat diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau
keduanya sekaligus
(b)
Istilah discovery sekalipun secara umum menunjukkan
kepada pengertian yang sama dengan inquiry, pada hakekatnya mengandung
perbedaan dengan inquiry.
Dijelaskan oleh Moh.
Amien (1991: 169) pengajaran discovery harus meliputi
pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan
proses-proses discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain inquiry
adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara
yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Disamping dari beberapa pengertian di atas, masih ada beberapa pengertian
di bawah ini:
Metode penemuan diambil dari www.google.com
sebagai berikut:
Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan aktif tanpa bantuan guru.
Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses mental dalam rangka
pengembangannya. Metode ini memungkinkan
peserta didik menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
belajarnya (Mulyani Sumantri, 2004: 20).
Pengertian metode penemuan diambil dari buku strategi belajar mengajar
sebagai berikut:
Metode penemuan berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry yang
berarti mencari/meneliti dan discovery yang berarti penemuan. Metode
penemuan mengutamakan kegiatan siswa (student centered) mendorong
berfikir sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (E. Yusnandar &
E. Zulkifly, 2007: 80-81)
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode
penemuan adalah metode yang banyak melibatkan siswa secara aktif untuk
menganalisa, mengidentifikasi, mencari dan menemukan jawaban untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya.
2)
Jenis-Jenis Metode Penemuan
Metode penemuan terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis metode penemuan yang masih banyak
dibimbing atau diarahkan guru, tetapi ada pula jenis metode penemuan di mana
siswa banyak diberi kebebasan dan dilepas oleh guru dalam melakukan
kegiatan-kegiatan belajarnya.
Moh. Amin (1979) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery
yang dapat diikuti sebagai berikut:
(a)
Guide Discovery-Inquiry Lab. Lesson
Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan
kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini
siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang
bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
(b)
Modified Discovery-Inquiry
Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan
pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk
memecahkan masalahnya melalui pengamatan, eksplorasi atau melalui prosedur
penelitian untuk memilih jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif
dan caranya sendiri secara kelompok atau perorangan. Guru berperan sebagai
pendorong, narasumber (resource person), dan bertugas memberikan bantuan
yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Kegiatan
utamanya ditekankan pada eksplorasi, merancang, dan melaksanakan eksperimen.
(c)
Free Inquiry
Kegiatan ini dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana
memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang
studi tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam
metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan
dipelajari atau dipecahkan.
(d)
Invitation Into Inquiry
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara
yang lazim diikuti oleh sainstis. Suatu undangan (invitation)memberikan
suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah
direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa
kegiatan.
(e)
Inquiry Role Approach
Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang
melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota
untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim
diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut:
(1)
Koordinator tim
(2)
Penasehat teknis (technical advisor)
(3)
Pencatat data (data recorders)
(4)
Evaluator proses
(f)
Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu
teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam
diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan, atau situasi yang
sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan
kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan
poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.
(g)
Synaptics Lesson
William J.J. Gordon, dkk. dalam sudirman (1975: 314-329) telah
menghasilkan suatu pendekatan untuk menstimulasi bakat-bakat kreatif siswa yang
dinamakan synaptic. Gordon percaya bahwa proses-proses kreatif dapat
diungkapkan dan dikembangkan melalui pengajaran berbagai bidang ilmu
pengetahuan, misalnya sains dan ilmu-ilmu sastra. Lebih lanjut ia berpendapat
bahwa emosi, afeksi, dan komponen-komponen arasional kreativitas, pada
permulaannya lebih penting dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Oleh
karena itu, kebanyakan kegiatan synaptic dinilai dengan
kegiatan-kegiatan kelompok yang tidak rasional, yang kemudian berkembang menuju
kepada problema dan pemecahan problema yang rasional.
d.
Langkah-Langkah Metode Penemuan
Untuk melaksanakan metode penemuan pelaksanaannya melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Siswa dibagi beberapa kelompok, setiap kelompok kurang
lebih terdiri dari 5 orang
2)
Menentukan pokok masalah yang akan dipecahkan
3)
Merumuskan masalah bentuk pertanyaan-pertanyaan agar
lebih tajam dan terasa bahwa itu suatu masalah. Seperti: Mengapa balon yang
berisi udara bila dipanaskan akan meledak?
4)
Mendiskusikan masalah dengan kegiatan antara lain:
(a)
Dugaan atau terkaan mengenai jawaban suatu masalah,
tanpa mempunyai bukti nyata
(b)
Mengumpulkan data
Untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis diperlukan keterampilan
bahan atau data. Kelompok bertukar pikiran, mencari data dari buku-buku,
wawancara, angket, eksperimen atau penyelidikan. Jenis bahan yang perlu
dikumpulkan ditentukan oleh masalah dan hipotesis yang diajukan.
(c)
Analisis dan sintesis data
Bahan yang dikumpulkan harus ditinjau dan dianalisa secara kritis dan
melihat hubungannya dengan pemecahan masalah
(d)
Mengambil kesimpulan
Berdasarkan data atau bahan keterangan yang telah dikumpulkan dan
dianalisa secara kritis dapat diuji kebenaran hipotesis
(e)
Mencoba dan melaksanakan kesimpulan yang diperoleh
Kebenaran kesimpulan bukan hanya berupa hasil pemikiran, melainkan harus
pula dibuktikan kebenarannya dalam perbuatan dan kelakuan. Dengan pemikiran
anak memperoleh pengetahuan, pengertian, dan keterampilan baru yang perlu
diterapkan dalam perbuatan
(f)
Menilai kembali keseluruhan proses pemecahan masalah
Akhirnya ditinjau kembali proses berfikir itu dalam keseluruhannya dari
awal sampai akhir. Setiap langkah dinilai secara kritis untuk mengetahui jika
ada kekurangan atau kesalahan.
e.
Keuntungan dan Kelemahan Metode Penemuan
Guna mencapai tujuan agar berhasil maka seorang guru harus memahami betul
keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode penemuan. Dengan demikian E.
Yusnandar & E. Zulkifly (2003: 86) berpendapat bahwa keuntungan dan
kelemahan metode penemuan uraiannya sebagai berikut:
1)
Keuntungan metode penemuan (discovery)
(a)
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, karena terlibat dalam
proses penemuan
(b)
Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan berkat pembuktian dari hasil penelitiannya dan proses
kerja sama dengan lainnya
(c)
Menimbulkan rasa senang siswa, karena tumbuhnya rasa
ingin tahu melalui penyelidikan
(d)
Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide
lebih baik
(e)
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatif sendiri
(f)
Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan
hipotesa sendiri
(g)
Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik
(h)
Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang
siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person),
dan mengembangkan self concept pada diri siswa.
2)
Kelemahan metode penemuan
(a)
Berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran tertentu
untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
melakukan abstraksi atau berfikir, atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, sehingga ada kecenderungan menimbulkan frustasi
(b)
Kebiasaan guru mengajar yang umumnya sebagai pemberi
atau penyaji informasi dituntut mengubah kebiasaan tersebut menjadi sebagai
fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar
(c)
Pelaksanaan metode ini memerlukan penyediaan berbagai
sumber belajar dan fasilitas yang memadai
(d)
Pemecahan masalah mungkin dapat bersifat mekanistis,
formalitas dan membosankan. Pemecahan masalah seperti ini tidak menjamin
penemuan yang penuh arti
(e)
Kebebasan yang diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan
metode ini tidak berarti menjamin bahwa belajar dengan baik dalam arti
mengerjakan dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah.
Sedangkan menurut Nouhi Nasution (1998: 24) mengatakan:
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai
kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain: pengetahuan yang
diperoleh akan bertahan lama atau dengan kata lain akan lama untuk diingatnya
dan akan mudah untuk diingat dibanding dengan cara-cara belajar yang lain. Ada istilah yang populer
Sebagai contoh apabila seorang anak diberitahu bahwa api itu panas, ada
kemungkinan besar dia akan segera lupa apa yang baru saja diberi tahu. Tetapi
apabila suatu ketika anak memegang api dan dia merasakan panasnya, maka
kemungkinan besar sekali anak tersebut selalu mengingatnya. Hasil belajar
melalui penemuan akan lebih mudah dipindahkan. Jadi prinsip-prinsip atau konsep
yang lebih dimiliki akan lebih mudah untuk disesuaikan dengan kondisi baru.
Selain itu, melalui belajar penemuan akan meningkatkan penalaran siswa dan
mengambangkan kemampuan untuk berfikir secara bebas. Model belajar ini akan
menumbuhkan siswa untuk belajar bagaimana belajar mandiri.
Siswa dituntut untuk memecahkan masalah sendiri agar siswa bisa belajar
secara mandiri, di sini guru hanya mengawasi dan memberi dorongan serta
bimbingan.
Seperti pendapat Artur A. Carin
(1989: 91) yang mengatakan:
On the other extreme is
exploration or free discovery, where students are most active and the teacher
acts a facilitator (less dominant an in the background) for developing student
skill.
(Pada perbedaan yang besar explorasi atau
penemuan bebas, di mana para siswa adalah bagian yang paling aktif dan guru hanya
bertindak sebagai fasilitator [kurang berperan atau hanya memberikan dorongan]
untuk mengembangkan ketrampilan siswa)
Juga menurut Hadiat (1976: 78) bahwa metode penemuan (discovery)
merupakan bagian dari pendekatan inkuiri (meneliti) bahwa setiap metode pasti
ada faktor keuntungan dan kelemahan yaitu:
Belajar dengan cara menemukan mempunyai lebih banyak
keuntungan-keuntungan jika dibandingkan dengan belajar melalui cara diberi
tahu. Keuntungan-keuntungan itu antara lain:
(a)
Pengertian yang didapat lebih tahan lama
(b)
Pelajaran menjadi lebih berarti dan menyenangkan
(c)
Disamping memperoleh pengetahuan yang berupa sekumpulan
fakta, anak terlatih menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam
memecahkan masalah
Waktu yang diperlukan untuk mengajar dengan metode ini tentu lebih lama.
Tetapi hasil yang didapat akan sangat tahan lama.
Keinginan untuk mengefektifkan cara belajar penulis bukan untuk merubah
materi, lingkungan, atau buku, tetapi mencari metode yang paling tepat dan
sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
Seperti pendapat Arikunto (1997:
4) yang mengatakan sebagai berikut:
Seorang guru ingin memperbaiki cara mengajar maka faktor lain seperti
materi, lingkungan, buku, dan sebagainya tidak diubah, tetapi seperti
sediakala, dan hanya metode atau cara mengajarlah yang diubah.
Selain pendapat tentang kelebihan dan kelemahan metode penemuan di atas,
penulis juga akan menunjukan pendapat dari Sudirman, dkk. (1991: 172) yaitu:
1)
Kelebihan metode penemuan
(a)
Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat
informasi, dari guru kepada siswa, menjadi siswa aktif mengolah informasi
sendiri
(b)
Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi
student centered
(c)
Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang
siswa menuju pembentukan manusia seutuhnya
(d)
Proses belajar melalui discovery-inquiry dapat
membentuk pengembangan self concept pada diri siswa
(e)
Menambah tingkat penghargaan siswa
(f)
Metode ini dapat mengembangkan bakat individu
(g)
Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional
(h)
Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang
dipelajari sehingga ingatannya tahan lama
(i)
Metode ini memungkinkan siswa memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar
2)
Kelemahan metode penemuan
(a)
Memerlukan perubahan yang lama kebiasaan cara belajar
siswa
(b)
Guru sulit merubah kebiasaan cara mengajar lamanya
(tradisional)
(c)
Banyak memberikan kebebasan pada siswa yang tidak
menjamin siswa belajar dengan baik
(d)
Pelaksanaannya memerlukan berbagai sumber belajar dan
fasilitas memadai yang tidak selalu mudah disediakan
(e)
Memerlukan bimbingan guru yang lebih baik (ekstra)
sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik
(f)
Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat
mekanistik, formalitas, dan membosankan.
3.
Konsep Batuan
a.
Pengertian Batuan
Batuan terbentuk dari zat yang disebut mineral. Mineral adalah semua zat
yang tidak hidup dan dapat digali dari tanah. Ada ribuan macam mineral. Beberapa batuan
terdiri atas satu mineral saja, sedangkan batuan yang lain terbentuk dari
beberapa macam mineral. Suhu di bawah kerak bumi yang sangat panas dapat
melelehkan batuan. Batuan yang meleleh disebut magma. Jadi magma adalah zat
cair yang mengental dan mengkristal melalui suatu proses untuk membentuk
berbagai jenis mineral yang ditemukan dalam batuan magma. Magma ada yang keluar
ke permukaan bumi melalui gunung berapi. Magma yang sampai ke permukaan bumi
disebut lahar. Lahar yang menjadi dingin akan mengeras menjadi batu. Dengan
demikian batuan magma adalah bahan dasar yang pertama-tama membentuk permukaan
bumi.
Batuan tidak hanya berupa bahan keras, tetapi juga terdiri atas bahan
yang lunak seperti lempung. Batuan ada yang berwarna gelap atau terang.
Kekerasan dan permukaan setiap batuan juga berbeda-beda. Tanah dan tumbuhan
menutupi sebagian besar batuan.
Sebelum menjelaskan lebih jauh ke materi pokok tentang jenis-jenis
batuan, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang definisi batuan yang
diambil dari berbagai sumber, diantaranya:
Batuan adalah bagian bumi yang keras dan membentuk lapisan luar bumi yang
disebut sebagai kerak bumi (Ensiklopedia FISIKA, 2007: 1).
Senada dengan pendapat di atas Lily Barlia (2007: 26) menyatakan:
Pada umumnya batuan tersusun atas
dua mineral atau lebih, kadang-kadang juga hanya dengan satu mineral tunggal
saja (contohnya batu gamping atau pualam). Berdasarkan cara terbentuknya
dikenal tiga macam batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan
(metamorf). Batuan terdiri atas unsur silikon dan oksigen (74%), sisanya adalah
alumunium, besi, kalsium, natrium, dan magnesium.
Batuan yang merupakan padat dari kulit bumi tersusun dari zat kimia yang
disebut mineral. Batuan ini terdiri dari satu atau lebih campuran mineral yang
tidak murni (Kaligis & Darmodjo, 1993: 94). Terdapat kurang lebih 2000
jenis mineral di bumi kita ini. Sebagian besar dari padanya sukar ditemukan.
Orang awam menggunakan istilah mineral untuk semua bahan yang diambil dari
bumi, tetapi para ahli mineral menggunakan istilah mineral secara terbatas.
Sementara itu H. Panut, dkk (2007: 5) menyatakan bahwa:
Batuan merupakan benda bukan logam yang berwujud keras dan padat. Batu membentuk
lapisan luar bumi yang disebut kerak bumi. Batu terbuat dari mineral.
Kebanyakan batu terbentuk dari dua jenis mineral atau lebih. Berdasarkan cara
terbentuknya, ada tiga jenis batuan, yaitu batuan beku, batuan endapan
(sedimen), batuan metamorf.
Selain itu pendapat lain mengatakan:
Batuan sebenarnya tersusun dari berbagai mineral bumi. Mineral yaitu
yang secara kimiawi dan seragam. Mineral ada yang lunak dan ada yang keras
(Sarjan & Sutanto, 2004: 116).
Dari beberapa pengertian yang diambil dari berbagai sumber di atas, penulis
menyimpulkan bahwa batuan adalah bagian luar bumi yang keras yang tersusun dari
sat kimia yang disebut mineral.
b.
Jenis-Jenis Batuan
1)
Batuan beku
Batuan beku ialah batuan yang terbentuk karena pembentukan magma dan
lava. Di dalam kerak bumi terdapat batuan yang masih cair dan sangat panas yang
disebut magma. Jadi magma merupakan bahan cair yang sangat panas dan terdapat
di dalam perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava.
Pendinginan magma dan lava menyebabkan magma dan lava membeku menjadi batuan
beku.
Contoh beberapa batuan beku diperlihatkan pada tabel 2.1. berikut:
Tabel 2.1. Beberapa Batuan Beku
dan Cara Terbentuknya
No
|
Jenis Batuan
|
Ciri Utama
|
Cara
Terbentuknya
|
1
|
Batu Apung
|
Warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan,
terapung dalam air
|
Dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas
|
2
|
Obsidiam
|
Hitam, seperti kaca, tidak ada kristal-kristal
|
Terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat
|
3
|
Granit
|
Terdiri atas kristal-kristal kasar, warna putih sampai
abu-abu, kadang-kadang jingga
|
Dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah
permukaan bumi
|
4
|
Basal
|
Terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna
hijau keabu-abuan, dan berlubang-lubang
|
Dari pendinginan lava yang mengandung gelembung gas,
tetapi gasnya telah menguap.
|
Sumber: H.
Panut, dkk (2007: 172)
Kegunaan batuan tersebut diantaranya: batu apung digunakan untuk
mengampelas atau memperhalus kayu. Granit dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Batu obsidiam oleh manusia purba digunakan untuk alat pemotong atau ujung
tombak.
2)
Batuan Sedimen atau Endapan
Batuan endapan atau batuan sedimen ialah batuan yang terbentuk karena
pengendapan. Batuan endapan pada awalnya merupakan hasil pelapukan dan
pengikisan batuan yang dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin.
Kemudian endapan ini menjadi keras karena tekanan atau karena ada zat-zat yang
merekat pada bagian-bagian endapan tersebut.
Contoh beberapa batuan sedimen ditunjukan pada tabel 2.2. sebagai
berikut:
Tabel 2.2. Beberapa Batuan
Sedimen dan Cara Terbentuknya
No
|
Jenis Batuan
|
Ciri Utama
|
Cara
Terbentuknya
|
1
|
Konglomerat
|
Material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan kerikil yang
melekat satu sama lainnya
|
Dari bahan-bahan yang lepas-lepas yang terpadatkan dan terikat
karena
|
2
|
Batu pasir
|
Jelas terlihat tersusun dari butir-butir pasir, warna
abu-abu, kuning merah
|
Dari bahan-bahan yang lepas-lepas yang terpadatkan dan
terikat karena
|
3
|
Batu serpih
|
Lunak, baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan halus,
warna hijau, hitam kuning, merah, abu-abu
|
Dari bahan-bahan yang lepas-lepas dan halus yang
terpadatkan dan terikat karena
|
4
|
Batu gamping (kapur)
|
Agak lunak, warna putih keabu-abuan, membentuk gas
karbondioksida kalau ditetesi asam
|
Dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang dan
binatang laut yang telah mati. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak
musnah, tetapi memadat membentuk batu kapur
|
5
|
Breksi
|
Gabungan pecahan-pecahan yang berasal dari letusan gunung
berapi
|
Terbentuk karena bahan-bahan ini terlempar tinggi ke udara
dan mengendap di suatu tempat
|
Sumber: H. Panut, dkk (2007: 173)
Batuan ini mempunyai ciri berlapis-lapis itu sesuai dengan kekuatan
batuan itu. Jika butiran itu bundar dan besar disebut konglomerat. Dan jika
butirannya kasar dan bersudut-sudut tajam disebut batu breksi.
Kegunaan batuan tersebut diantaranya: batu konglomerat, breksi, dan batu
pasir digunakan untuk bahan bangunan. Batu kapur atau gamping digunakan sebagai
bahan baku
semen.
3)
Batuan Metamorf atau Malihan
Batuan metamorf atau batuan malihan ialah batuan yang berasal dari batuan
sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan karena panas dan tekanan.
Batuan di kerak bumi sering mendapat tekanan yang berat dan suhu yang
tinggi dalam jangka waktu yang lama. Tekanan yang berat disebabkan karena
tindihan. Suhu yang tinggi disebabkan oleh persentuhan dengan magma. Beberapa
batuan endapan yang berubah menjadi batuan malihan ialah batu pualam atau
marmer dari batu gamping dan batu sabak atau batu tulis dari batu serpih.
Beberapa batuan metamorf dan cara pembentukannya disajikan dalam tabel 2.3.
Tabel 2.3. Beberapa Batuan
Metamorf dan Cara Terbentuknya
No
|
Jenis Batuan
|
Ciri Utama
|
Cara
Terbentuknya
|
1
|
Batu pualam
|
Campuran warna yang berbeda-beda, dapat mempunyai pita-pita
warna, kristal-kristalnya sedang sampai kasar, jika ditetesi asam
mengeluarkan bunyi desis
|
Terbentuk jika batu kapur mengalami perubahan suhu dan
tekanan tinggi
|
2
|
Batu sabak
|
Abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah
menjadi lempeng-lempeng tipis
|
Terbentuk jika batu serpih mengalami perubahan suhu dan
tekanan tinggi
|
Sumber: H.
Panut, dkk (2007: 174)
Batu pualam atau marmer adalah batu yang keras dan mengkilap jika
dipoles. Batu pualam merupakan bahan yang baik untuk membuat patung dan
lantai. Batu sabak digunakan sebagai
batu tulis dan sebagai bahan bangunan. Batu sabak merupakan bahan penting untuk
membuat atap rumah (semacam genting).
4.
Pembelajaran IPA di SD
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengambangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan perbuatan
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara penelitian ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.
a.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur
sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek, baik menyangkut aspek
konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang
mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih
khusus.
Secara etimologis kata pembelajaran adalah terjemaahan dari bahasa
Inggris instruction. Kata pembelajaran itu sendiri merupakan
perkembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses belajar-mengajar yang
telah cukup lama digunakan dalam pendidikan formal (sekolah). Perkembangan
istilah dari kegiatan belajar-mengajar menjadi pembelajaran, tentu saja bukan
hanya sekedar berubah nama atau istilah saja, akan tetapi disertai dengan
perkembangan cara pandang terhadap makna atau paradigma tang terkandung di
dalamnya.
Istilah pembelajaran yang
digunakan saat ini sebagai perkembangan dari istilah belajar-mengajar, banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitifholistik. Menurut aliran ini
pembelajaran intinya menempatkan siswa sebagai sumber aktivitas belajar. Pada
bagian lain istilah pembelajaran juga banyak dipengaruhi oleh kajian teknologi
pendidikan dan teknologi pembelajaran. Teknologi pendidikan dan teknologi
pembelajaran memandang bahwa pembelajaran adalah proses memfasilitasi siswa
untuk berbuat belajar. Kegiatan memfasilitasi dalam proses adalah melibatkan
berbagai sumber pembelajaran.
Toeri belajar lain yang bersifat kontemporer yang memiliki relevansi
cukup signifikan dengan istilah pembelajaran yaitu teori konstruktivisme. Teori
konstruktivisme memandang bahwa siswa adalah pembangun pengetahuan yang aktif.
Dengan demikian maka pembelajaran harus dirancang dengan lebih banyak mendorong
siswa untuk mengembangkan potensi aktivitasnya, dan oleh karena itu dalam
pandangan sekarang fungsi guru bergeser dari fungsi sebagai penyampai seperti
telah dibahas sebelumnya menjadi fasilitator pembelajaran.
Berkaitan dengan penjelasan di atas Gagne (1992 dalam Sukirman & Nana
Jumhana, 2007: 6) mengemukakan:
Instruction is a set of event that effect learners in such a way that
learning is facilitated.
(Pengajaran merupakan seperangkat tindakan kejadian yang berpengaruh
terhadap subjek didik, dimana belajar difasilitasi alat pembelajaran).
Intinya pembelajaan adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan yang
difasilitasi untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan demikian maka guru
adalah sebagai bagian dari lingkungan pembelajaran yang memiliki tugas utama
sebagai fasilitator pembelajaran.
Berhubungan dengan beberapa penjelasan di atas, di bawah ini dicantumkan
implikasi dari pembelajaran menurut Dadang Sukirman & Nana Jumena (2007: 7)
sebagai berikut:
1)
Belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi
siswa harus membangun pengetahuannya
2)
Hasil belajar tidak hanya cukup untuk memenuhi konsumsi
pengetahuan (kognitif) saja akan tetapi harus direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak (aplikasi)
3)
Dalam belajar siswa harus mengalami sendiri, dan bukan
hanya sebagai penerima dari pemberian orang lain (guru). Oleh karena itu proses
pembelajaran harus membiasakan siswa terlibat dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan
4)
Pembelajaran harus membiasakan siswa banyak
berinteraksi dengan sumber-sumber pembelajaran atau lingkungan pembelajaran
secara luas dan bervariasi serta tidak hanya dibatasi oleh ruang kelas saja
5)
Pembelajaran harus memposisikan siswa sebagai subjek
pembelajaran yang aktif untuk melakukan aktivitas belajar dimana guru sebagai
fasilitator pembelajarannya.
Selain itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik
untuk mewakili pengalaman belajar. Menurut Mulyani Sumantri (1988: 95) pembelajaran
adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta
didik.
Dari berbagai pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang terlibat
dalam aktivitas pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut
pada intinya adalah siswa dengan lingkungan pembelajaran. Dengan demikian
standar proses dapat dijadikan pegangan oleh setiap guru dalam melaksanakan
pembelajaran untuk memilih dan menentukan unsur-unsur apa saja yang harus
diupayakan untuk menunjang proses pembelajaran.
b.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang
dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang
suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.
Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar ditentukan?
Oleh karena itu beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaiknya, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun.
Gagne mengatakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang
berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengelolaan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab
individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan
tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka
fungsi intelek semakin berkembang.
Sementara itu Yusnandar & Zulkifli (2003: 3) mengemukakan tentang
belajar, menurut mereka:
1)
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku seseorang
baik yang bersikap jasmaniah, intelektual dan sikap sebagai hasil dari
pengalaman
2)
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui
latihan (pendidikan)
3)
Belajar adalah proses perubahan prilaku yang dapat
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian tentang
pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan.
c.
Pengertian Mengajar
Mengajar pada awalnya diartikan atau identik dengan proses penyampaian
materi pelajaran dari guru kepada siswa. Kegiatan menyampaikan materi atau ilmu
pengetahuan sebagai makna dari istilah mengajar, dalam pengertian lain juga
sering diartikan sebagai proses mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada
siswa. Memaknai mengajar sebagai proses mentransfer, sebaiknya tidak disamakan
seperti anda mentransfer atau memindahkan air dari botol ke dalam gelas. Sebab
jika diartikan demikian boleh jadi air yang ditransfer tidak akan menjadi
bertambah banyak (kuantitas), bahkan sangat mungkin malah semakin berkurang
karena pada saat proses pemindahan akan terjadi penguapan, sehingga air secara
kuantitas akan berkurang dari kondisi sebelumnya.
Dengan demikian pengertian mengajar sebagai proses mentransfer harus
dimaknai sebagai proses penyebarluasan atau penanaman ilmu pengetahuan, dimana
melalui penanaman yang baik dan dalam lingkungan yang baik, kemudian dipupuk
dengan cara yang baik pula, maka ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar yang
dimiliki oleh itu akan semakin bertambah luas, mendalami dan semakin
berkembang.
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Mengajar adalah segala
upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Dalam prosesnya
aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun demikian
bukanlah berarti peran guru tersisihkan, melainkan diubah. Guru berperan bukan
sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai director dan facilitator
of learning (pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses
belajar).
Mengajar adalah menyampaikan ilmu kepada murid. Untuk melihat kadar dan
bobot aktivitas belajar siswa dari istilah mengajar di atas, dapat kita
analisis jenis komunikasinya sebagai aksi.
Sementara itu pendapat lain mengatakan:
Komunikasi dari pengertian mengajar ini, termasuk komunikasi sebagai
interaksi. Komunikasi ini bersifat dua arah (two way traffic communication)
yakni komunikasi berlangsung dari guru kepada murid dan dari murid kepada guru,
tidak ada interaksi antara murid (Yusnandar & Zulkifly, 2005: 4).
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu kegiatan mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya kemudian
menghubungkannya kepada murid sehingga terjadi proses belajar. Jenis komunikasi
dari pengertian mengajar tersebut di atas termasuk jenis komunikasi sebagai
transaksi. Komunikasi ini termasuk komunikasi banyak arah (multi way traffic
communication) yaitu komunikasi yang berlangsung dari guru kepada murid,
dari murid kepada guru, dan dari murid kepada murid lainnya.
d.
Hasil Belajar
Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu
hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian
tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental
siswa. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran, dan
dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam
angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu
transfer belajar.
Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar
kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal
ulangan atau ujian, dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar
tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.
Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan
perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut
berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut. Oleh karena itu, pada
tempatnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar siswa di kelasnya.
Pada penggal proses belajar dilancarkan tes hasil belajar. Adapun jenis
tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis. Tes
tertulis terdiri dari tes esai dan tes objektif.
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa. Meskipun
demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan
tertentu. Artinya jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik tertentu. Sebagai ilustrasi, uji kemampuan afektif
seperti penilaian sikap pada PMP tidak dapat diuji dengan menggunakan tes
objektif atau dengan memilih isian benar atau salah. Pada tempatnya guru
mempertimbangkan dengan seksama kebaikan dan kelemahan jenis tes hasil belajar
yang digunakan.
Senada dengan pendapat di atas, pendapat lain mengatakan:
Tes hasil belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar, dan
mencari masalah-masalah dalam belajar. Untuk menilai kemajuan dalam belajar,
pada umumnya penyusunan tes adalah oleh guru sendiri. Untuk mencari
masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya penyusun tes adalah tim guru
bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu, pada tempatnya guru profesional
memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana (Boggs & Telfer,
1987, dalam Dimyati & Mujiono 1998: 15).
Sementara itu Wiranataputra, dkk, 2005: 2.5) mengemukakan pendapat lain:
Hasil belajar mengajar merupakan perubahan perilaku seseorang yang
belajar akan berubah tingkah lakunya baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan
penguasaan nilai-nilai, perubahan perilaku dihasilkan dari pengalaman
(interaksi dengan lingkungan), proses mental dan emosional.
Kesimpulannya, hasil belajar siswa adalah tujuan akhir dari pembelajaran,
di mana siswa mengalami perubahan dan peningkatan tingkah laku, baik ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B.
KAJIAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian Julaehah (2006) dalam skripsinya yang berjudul
“Meningkatkan Pemahaman Konsep Panas Melalui Metode Penemuan Dalam Pembelajaran
Sains” adalah sebagai berikut:
1.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode penemuan, pemahaman siswa tentang konsep panas mengalami peningkatan
pada tindakan siklus I, II, dan III. Dengan hasil tes siklus I rata-rata 6,0;
siklus II rata-rata 7,2; dan siklus III rata-rata 8,7. Dilihat dari hasil tes
setiap tindakan ada peningkatan yang sangat baik.
2.
Setelah digunakan metode penemuan dalam pembelajaran
sains pada konsep panas sebagai berikut:
a.
Respon siswa dilihat dari hasil angket sangat
memuaskan, rata-rata siswa menyukai pelajaran sains
b.
Siswa merasa senang terlibat langsung dalam KBM untuk
membuktikan konsep kebenaran
c.
Memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat suatu
konsep
Setelah mengkaji hasil penelitian Julaehah di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa penggunaan metode penemuan pada pembelajaran sains sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Maka dari itu penulis merasa
tertarik untuk mencoba metode penemuan pada pembelajaran IPA dengan tujuan
memperoleh hasil belajar siswa seperti penelitian yang sudah dibuktikan oleh saudari
Julaehah.
C.
KERANGKA BERFIKIR
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dituntut untuk memahami
komponen-komponen dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam
kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk paham tentang filosofis dari
mengajar dan belajar itu sendiri. Mengajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang akan menjadi kepemilikan
siswa.
Pengaturan metode, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah
bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru.
Untuk mewujudkan manajemen kelas di sekolah dasar, lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas
pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan
pengajaran. Manajemen kelas di sekolah dasar tidak hanya pengaturan belajar,
fasilitas fisik dan rutinitas, tetapi menyiapkan kondisi kelas dan lingkungan
sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena
itu sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik dan menciptakan iklim belajar
yang menunjang.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru
adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya
(Wrightman, 1977: 25).
Menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 19 ayat 1 (dalam E. Mulyasa 2007: 245) sebagai berikut:
Proses pembelajaran satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kratifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Untuk mencapai tujuan di atas, banyak hal yang harus dipenuhi dan
diperhatikan dalam mempengaruhi proses belajar siswa yaitu dari berbagai faktor
baik guru secara langsung maupun tidak langsung. Didalam penelitian di SDN
Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, penulis menemukan permasalahan
yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai hasil belajar siswa pada konsep dan
jenis batuan di kelas V. Nilai yang
dihasilkan tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran IPA,
dimana hasilnya sangat rendah dibawah rata-rata target pelajaran tersebut.
Setelah penulis mengadakan pemahaman terhadap mata pelajaran tersebut,
ternyata penyebabnya adalah semua siswa kurang tertarik dan jenuh terhadap
pelajaran IPA karena penyampaian materi yang disampaikan oleh guru masih
menggunakan tradisional, monoton, tidak menarik. Dalam hal ini guru hanya
menyampaikan materi secara verbal (ceramah) tidak memberikan kesempatan pada
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Untuk itu seorang guru harus berinisiatif dan kreatif untuk menyiapkan
metode yang tepat dengan materi yang diajarkan, agar materi yang disampaikan
yaitu mengenai konsep batuan dan jenisnya dapat diterima, dipahami, dan dimengerti
oleh siswa.
Salah satu metode yang peneliti anggap paling tepat untuk masalah di atas
adalah metode penemuan. Dengan metode penemuan, siswa diberi kesempatan untuk
berperan aktif untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan cara
mencari, mengidentifikasi, menganalisa, dan menemukan sendiri jawabannya.
D.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Dengan menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran IPA pada konsep batuan,
maka minat dan hasil belajar siswa akan meningkat”.
|
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada karya tulis ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan bagian dari penelitian
kualitatif. Untuk lebih jelasnya penulis menjelaskan apa yang dimaksud dengan
Penelitian Tindakan Kelas .
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom action
research. Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesat di negara-negara maju
seperti Inggris, Amerika , Australia , Kanada. Mengapa
demikian? Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru
untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar
mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan
hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Bahkan Mc Niff dalam Ruswandi dkk.
(2007: 20) memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan
oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar,
dan sebagainya.
|
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktek pendidikan. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan
kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk
kepentingan proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal, dan
fungsional.
Untuk melihat lebih jauh lagi tentang PTK, marilah kita lihat beberapa
pengertian di bawah ini:
Pengertian PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam
disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang
terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Pendapat tersebut menggambarkan adanya kolaborasi antara rambu-rambu
penelitian yang harus ditempuh dengan tindakan nyata di dalam kelas.
Rambu-rambu penelitian menghendaki suatu prosedur yang sistematis dan logis
serta objektif dan rasional. Dengan demikian PTK berupaya untuk
mengidentifikasi secara kritis pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dan
berupaya memperbaikinya hingga terjadi perubahan sikap dan prestasi peserta
didik.
Sementara itu Ebbut (1985, dalam Gunawan Undang, 2006: 7) mengemukakan
penelitian tindakan adalah kajian sistematis dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan
dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan tersebut. Penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah
situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi
sosial tersebut.
Pandangan Ebbut adalah pandangan yang menyatakan bahwa orientasi PTK adalah
perbaikan praktek pengajaran di dalam kelas yang dilaksanakan secara
sistematis. Melalui PTK diharapkan kualitas belajar siswa meningkat lebih baik
daripada sebelumnya.
Dari uraian di atas, PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan
praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan
Kelas
Selain pengertian di atas, PTK
juga mempunyai beberapa tujuan dan manfaat diantaranya:
a. Sebagai inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan
kelas
c. Peningkatan profesionalisme
d. Untuk memecahkan permasalahan kongkrit di
dalam kelas
e. Untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran
f. Dan lain-lain.
3. Bentuk Penelitian Tindakan Kelas
a. Guru sebagai peneliti
Bentuk PTK ini yang memandang
guru sebagai peneliti memiliki ciri yang sangat penting yaitu sangat
berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas. Melalui
bentuk ini tujuan utama PTK adalah meningkatkan praktek pembelajaran di kelas
dimana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan dan
refleksi. Dengan demikian guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan
melalui PTK.
b. Peneliti tindakan kolaboratif
PTK kolaboratif melibatkan
berbagai pihak baik guru, kepala sekolah, maupun pengawas secara serentak
dengan tujuan meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan
teori, dan peningkatan karir guru. Model penelitian ini dirancang dan
dilaksanakn oleh tim. Hubungan mereka bersifat kemitraan yang dapat duduk
secara bersama melakukan penelitian.
c. Simultan terintegrasi
Bentuk PTK ini adalah untuk dua
hal sekaligus. Memcahkan persoalan praktis dalam pembelajaran dan untuk
menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas.
Sedangkan persoalan-persoalan yang diteliti diidentifikasi oleh peneliti dari
luar, jadi guru bukan pencetus gagasan terhadap persoalan yang harus diteliti
dalam kelasnya sendiri, sehingga guru bukan sebagai inovator dalam penelitian
ini.
d. Administrasi sosial
Bentuk PTK ini lebih menekankan
dampak kebijakan praktek. Guru tidak dilibakan dalam perencanaan, aksi dan
refleksi terhadap praktek pembelajarannya sendiri dalam kelas. Proses
penelitian ini tanggung jawab penuh terletak pada pihak luar, peneliti bekerja
atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan berbagai bentuk tes dalam
sebuah eksperimen.
Dari empat bentuk PTK di atas,
penelitian ini menggunakan bentuk yang pertama yaitu guru sebagai peneliti.
Dengan demikian peneliti merangkap sebagai guru yang dijadikan objek penelitian
dan peneliti terlibat secara penuh dari awal sampai akhir penelitian.
Dari pengertian, manfaat, tujuan,
dan bentuk PTK di atas maka hal tersebut akan lebih membantu mengarahkan
pneliti dalam melaksanakan bentuk PTK ini. Melalui PTK ini peneliti akan menerapkannya
di SDN Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
B.
DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pada prinsipnya Penelitian Tindakan Kelas diterapkan untuk mengatasi
suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Sebagai salah satu penelitian
yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan di dalam kelas, menyebabkan
terdapatnya beberapa model atau desain yang dapat diterapkan. Desain-desain
tersebut diantaranya: Model Kurt Lewin, model Kemmis & Mc Taggart, model
Dave Ebbut, model John Elliot, model Hopkins .
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian Kemmis & Mc Taggart. Model Kemmis & Mc Taggart merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja
komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan)
dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut
disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing
merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan
tersebut harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu
tindakan, begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya
berikut ini dikemukakan bentuk desainnya.
Gambar
3.1. Model Spiral Kemmis & Mc Taggart
|
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart
pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai
siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari:
1.
Rencana
Meliputi rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan, atau merubah prilaku dan sikap sebagai solusi.
2.
Tindakan
Meliputi tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan.
3.
Observasi
Pengamatan atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa.
4.
Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan dampak
dari tindakan berbagai kriteria untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
C.
PROSEDUR PENELITIAN
1.
Perencanaan Penelitian (Persiapan)
Dalam perencanaan ini peneliti melaksanakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Menentukan lokasi dan objek penelitian, yaitu SDN
Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor
b.
Menentukan subjek penelitian yaitu seluruh siswa SDN
Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor dengan mengambil sampel dari
siswa kelas V sebanyak 20 siswa
c.
Meminta izin Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru untuk
merencanakan penelitian dan minta kerjasama mereka demi lancarnya penelitian
d.
Berdiskusi dengan Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru
untuk merencanakan penelitian dan minta kerja sama mereka demi lancarnya
penelitian
e.
Setelah mendapatkan persetujuan dan dukungan penuh dari
Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru dilanjutkan dengan penyusunan proposal
penelitian (rancangan penelitian).
2.
Pelaksanaan Penelitian
Sudah dijelaskan dari awal bahwa peneliti yang merangkap sebagai guru
sudah mengetahui gambaran dan kondisi awal dari objek yang dijadikan penelitian.
Gambaran dan kondisi awal tersebut diperoleh dari kegiatan pengamatan selama
pembelajaran dan wawancara. Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut
peneliti dapat menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kurang tertarik pada
pelajaran IPA dan kegiatan pembelajarannya.
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan melaksanakan tindakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Pra Siklus
Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan dua langkah kegiatan, yaitu:
1)
Observasi
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran untuk diobservasi
sendiri. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan gaya lama, yaitu menggunakan metode ceramah
dan fasilitas pembelajaran masih didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya
duduk, mendengarkan diselingi dengan mencatat.
Dalam kegiatan pembelajaran di atas semua diamati dengan cermat oleh
peneliti dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran, terutama aktifitas
belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan tersebut peneliti menemukan
permasalahan sebagai berikut:
a)
Hampir semua siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran (pasif)
b)
Hampir semua siswa kurang memahami konsep batuan
c)
Dari hasil ter evaluasi rata-rata hasilnya kurang
memuaskan.
2)
Refleksi
Dari hasil temuan di atas, dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, siswa kurang memahami konsep batuan dan hasil tes evaluasi rata-rata kurang memuaskan. Maka peneliti
langsung melakukan intervensi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti diantaranya menganalisa kurikulum,
program pembelajaran, jadwal pelajaran, buku sumber, sarana pembelajaran, dan
metode pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya perbaikan kegiatan
pembelajaran berupa rencana tindakan akan dilaksanakan pada tahap siklus I, II
dan seterusnya.
b.
Siklus I
1)
Perencanaan
Dalam kegiatan ini peneliti akan melakukan kegiatan perbaikan
diantaranya:
a)
Menyiapkan kurikulum dan program pembelajaran
b)
Merevisi jadwal pelajaran
c)
Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran
d)
Menyiapkan buku sumber
e)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode penemuan.
2)
Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu
dengan menggunakan metode penemuan. Kegiatan pembelajaran tersebut diantaranya:
a)
Sebelumnya siswa ditugaskan membawa beberapa jenis batuan
untuk dibawa ke dalam kelas
b)
Siswa dikondisikan untuk siap belajar
c)
Mempersiapkan ruang diskusi
d)
Siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk berdiskusi
e)
Selanjutnya memberikan penjelasan singkat tentang
materi batuan
f)
Dengan bantuan LKS dan penjelasan guru, kelompok mulai
mengamati dan mengidentifikasi setiap jenis batuan
g)
Setelah semua jenis batuan teridentifikasi, setiap
kelompok memberi nama jenis-jenis batuan
h)
Peneliti mengamati kegiatan diskusi dengan pedoman
pengamatan
i)
Membahas hasil diskusi
j)
Memberikan evaluasi (Post tes)
3)
Observasi
Sebenarnya kegiatan ini bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, yaitu pada saat kegiatan
pmbelajaran terutama pada saat siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi
jenis-jenis batuan. Maksud kegiatan ini adalah merekam dan mengidentifikasi
permasalahan dan kendala yang masih ada yang menyebabkan kegiatan pembelajaran
kurang maksimal.
4)
Refleksi
Dalam tahap ini peneliti mengkaji, mengevaluasi hasil dari tindakan yang
sudah dilaksanakan. Jika masih ada kelemahan, kendala, dan kekurangan yang
menyebabkan pembelajaran kurang berhasil, maka akan iperbaiki pada siklus II.
c.
Siklus II
1)
Perencanaan
Peneliti membuat rencana persiapan pembelajaran yang merupakan hasil
revisi dari kegiatan siklus I. Peneliti melihat kembali apakah segala
pendukung kegiatan pembelajaran sudah cocok atau belum. Jika belum, akan di perbaiki
pada siklus II ini.
2)
Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai yang telah
direncanakan di atas. Langkah kegiatannya adalah:
a)
Mempersiapkan semua pendukung kegiatan pembelajaran
b)
Membagi 20 siswa menjadi empat kelompok
c)
Membawa seluruh siswa ke alam terbuka untuk mencari dan
menemukan batuan di areal sungai Cisadane yang kebetulan berdekatan dengan
sekolah
d)
Dengan batuan LKS dan penjelasan guru, secara
berkelompok mulai bekerja untuk mencari, mengidentifikasi jenis-jenis batuan
e)
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan kelompok
f)
Membahas hasil diskusi
g)
Memberikan soal evaluasi (post tes)
3)
Observasi
Peneliti mengamati dengan cermat sambil melaksanakan pembelajaran. Maksud
dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data atau informasi tentang
kekurangan dan kendala-kendala yang dapat menghambat kegiatan pembelajaran,
sehingga hasilnya kurang memuaskan.
4)
Refleksi
Peneliti mengkaji dan mengevaluasi hasil tindakan yang sudah
dilaksanakan. Apakah kegiatan pembelajaran lebih baik dari siklus sebelumnya
atau malah sebaliknya. Hasil evaluasi sudah sesuai harapan atau belum. Jika
hasil kegiatan pembelajaran masih belum sesuai harapan, maka akan dilanjutkan dengan
rencana tindakan yang akan ilaksanakan pada siklus III.
d.
Siklus III
1)
Perencanaan
Peneliti membuat rencana persiapan pembelajaran kembali, dimana persiapan
ini merupakan tindak lanjut untuk memperbaiki segala kekurangan, kelemahan, dan
kendala yang ada pada kegiatan siklus II.
2)
Tindakan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan.
Pelaksanaan tindakan ini sama dengan siklus-siklus sebelumnya, bedanya hanya
melengkapi dan memperbaiki kelemahan dan kendala-kendala yang ditemukan, agar
hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan.
3)
Observasi
Bersamaan dengan kegiatan tindakan, peneliti melakukan pengamatan untuk
merekam dan mengidentifikasi kelemahan dan kendala yang mungkin muncul yang
dapat menghambat kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang berhasil.
4)
Refleksi
Peneliti mengkaji dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan tindakan. Jika
masih ditemui kendala dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan mungkin
saja masih ada siklus selanjutnya.
D.
LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SDN
Tamansari 01 yang berada di Kp. Sukamanah RT. 11 RW. 03 Desa Tamansari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor .
Lokasi tersebut berada di dekat perbatasan antara Banten (BSD Tangerang)
dan Jawa Barat (Bogor ).
Daerah tersebut merupakan daerah yang belum begitu maju dibandingkan wilayah
lain yang berada dekat dari lokasi tersebut, terutama dibidang pendidikan. Oleh
karena itu sangat perlu diadakan perbaikan-perbaikan dalam pendidikan, salah
satunya dengan mengadakan PTK di sekolah tersebut.
2.
Objek Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek penelitian. Populasi terjangkau dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa SDN Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor yang
berjumlah 214 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari seluruh
siswa kelas V yang berjumlah 20 orang sebagai objek penelitian.
E.
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
1.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan, lembar kerja dan sejenisnya yang dapat
dipergunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan
dari subjek penelitian.
Tes pada umumnya bersifat mengukur, walaupun pada beberapa bentuk tes
kepribadian banyak yang bersifat diskriftif, tetapi deskripsinya mengarah pada
karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirp dengan interprestasi dari
hasil pengukuran.
Tes yang iberikan dalam penelitian ini terdiri dari: pre tes dan post
tes, dimana pre tes diberikan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
terhadap materi pembelajaran. Sedangkan post tes diberikan setelah
pembelajaran, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran terutama konsep batuan.
Jenis tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis,
sedangkan bentuk tesnya adalah pilihan ganda dengan bobot nilai betul mendapat
nilai 1 (satu) dan bila salah mendapat nilai 0 (nol).
Adapun lembar tes (LKS) dan kriteria penilaian yang diberikan pada tahap
pra siklus hingga siklus III terlampir.
b.
Observasi
Secara umum observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Observasi secara sederhana boleh diartikan sebagai
pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan dan tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Boleh ikatakan bahwa observasi merupakan upaya merekam
segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama kegiatan itu berlangsung
dengan atau tanpa alat bantu. Artinya data yang diperoleh melalui observasi
berasal dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku.
Observasi ini dilakukan pada saat siswa berdiskusi untuk mencari,
mengidentifikasi, mengklasifikasi untuk menemukan jenis-jenis batuan.
Pedoman observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan format sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Lembar Pedoman
Penilaian Proses Kegiatan Diskusi Kelompok
No
|
Nama siswa
|
Aspek Yang Diamati
|
Jml
|
Rata-rata
|
|||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1
|
|||||||||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||||||||
3
|
|||||||||||||||||||||||
4
|
|||||||||||||||||||||||
dst.
|
|||||||||||||||||||||||
Jumlah
|
|||||||||||||||||||||||
Jml Total
|
|||||||||||||||||||||||
Rata-rata
|
Keterangan:
Aspek Yang Diamati
A = Keterlibatan siswa
B = Perhatian, respon, dan minat siswa
C = Aktifitas dan kreativitas siswa
D = Disiplin siswa
E = Kerjasama/kekompakan
Skor dan Kriteria Penilaian
1 = Kurang = 0 – 1,00 = Minat belajar dan penguasaan materi tidak
ada/sangat rendah
2 = Cukup = 1,00
– 2,00 = Minat
belajar dan penguasaan materi rendah
3 = Cukup
Baik = 2,00
– 3,00 = Minat
belajar dan penguasaan materi cukup
4 = Baik = 3,00
– 4,00 = Minat
belajar dan penguasaan materi tinggi
Nilai rata-rata yang diperoleh adalah
… artinya …
c.
Wawancara
Menurut Goetz & Le Compte (1984) dalam Sukartono (1994) wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang yang
dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu
Dari pandangan lain, wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jwaban
responden dicatat atau direkam.
Sedangkan menurut hopkins
(1993) dalam Ruswandi 2007: 161) menyatakan:
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu
didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang
diwawancarai bisa dari beberapa orang siswa, kepala sekolah, teman sejawat,
pegawai tata usaha, orang tua siswa, dan lain-lain.
Kesimpulannya, wawan cara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pihak pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan pihak terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
Wawancara ini ilakukan sebelum pra siklus dan sesudah siklus III.
Maksudnya untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap pembelajaran IPA,
terutama konsep batuan.
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik maka peneliti menggunakan
pedoman wawancara sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Lembar Wawancara
Siswa
Hari/Tanggal : .................................
Yang
Diwawancara : .................................
Kelas : V (Lima )
Waktu : 09.30 s.d. 10.00 WIB
Lokasi : Ruang Kelas V
Jawablah
pertanyaan di dalam kolom ini sesuai dengan salah satu jawaban yang tersedia!
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Apakah
kalian menyukai pelajaran IPA?
|
a. Ya b. Tidak
|
2
|
Apa
Alasannya?
|
a. Saya suka dengan ilmu alam
b. Saya tidak suka dengan ilmu alam
|
3
|
Apakah
pelajaran IPA yang selama ini
diberikan oleh bapak/ibu guru dapat kalian fahami?
|
a. Ya dapat difahami
b. Tidak dapat dipahami
|
4
|
Apakah
pembelajaran IPA yang diajarkan bapak/ibu guru menyenangkan?
|
a. Ya menyenangkan
b. Tidak menyenangkan
|
5
|
Apakah
metode pembelajaran yang digunakan bapak/ibu guru menyenangkan?
|
a. Ya metodenya menyenagkan
b. Tidak metodenya membosankan
|
6
|
Jika
kalian tidak mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru, kepada siapa
kalian bertanya
|
a. Guru c.
Orang tua
b. Kakak d.
Teman
|
7
|
Apakah
bapak/ibu guru sering emberikan PR untuk kalian kerjakan?
|
a. Ya b.
Tidak
|
8
|
Apakah
buku pelajaran IPA lengkap?
|
a. Ya b.
Tidak
|
9
|
Apakah
alat peraga IPA lengkap?
|
a. Ya b.
Tidak
|
10
|
Apakah
mata pelajaran IPA penting?
|
a. Ya b.
Tidak
|
11
|
Apa
alasannya
|
………………………………….
|
Keterangan penilaian:
1)
2)
Kriteria kesesuain pencapaian minat siswa:
0% - 20% =
Minat siswa terhadap pelajaran IPA sangat rendah
25% - 40% = Minat siswa terhadap pelajaran IPA
rendah
45% - 60% = Minat siswa terhadap pelajaran IPA
cukup
65% - 80% = Minat siswa terhadap pelajaran IPA
tinggi
85% - 100% = Minat siswa terhadap pelajaran IPA
sangat tinggi
2.
Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang lebih akurat. Oleh karena itu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Menyusun data dari setiap siklus tentang pembelajaran
jenis-jenis batuan serta menuliskan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa
kelas V di SDN
Tamansari 01 dalam memahami materi pembelajaran tersebut.
b.
Pengecekan kembali data yang telah masuk selama
kegiatan penelitian tindakan kelas melalui observasi dan wawancara
c.
Mengolah data hasil tes dari setiap siklus
d.
Hasil analisis yang valid dapat dijadikan sebagai data
yang kongkrit
e.
Hasil tes dari evaluasi tes kemudian dipresentasikan
untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan konsep batuan dan jenis-jenis
batuan melalui metode penemuan dalam pembelajaran IPA. Adapun untuk mengetahui penilaian
yang digunakan dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Kriteria
penialaian:
100
|
= Istimewa
|
50
|
= Hampir cukup
|
90
|
= Baik Sekali
|
40
|
= Kurang
|
80
|
= Baik
|
30
|
= Kurang sekali
|
70
|
= Lebih dari cukup
|
20
|
= Buruk
|
60
|
= Cukup
|
10
|
= Buruk sekali
|
Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur
penilaian secara akademik. Perolehan data yang benar adalah suatu proses bahwa
instrumen yang digunakan ini sebagai bukti kejelasan data.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar